Short Biography of The Eldest Son
Namanya adalah
Vici Aidil Faizin, seorang anak laki-laki keturunan asli Aceh ini lahir di Kota
Lhokseumawe pada 21 Mei 1999. Ayahnya Muhammad, M.Pd dan Ibunya Dra. Nursa’adah
keduanya berprofesi di dalam dunia pendidikan sebagai guru. Pendidikan Vici Sebagian
besarnya dihabiskan dikotanya sendiri, dengan memulainya di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri (MIN) selama enam tahun, kemudian tiga tahun setelahnya melanjutkan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN). Selama sembilan tahun lebih kurang menempuh
dunia pendidikan yang lebih berfokus pada ajaran agama Islam, barulah ketika beranjak
remaja Vici melanjutkan pendidikan di sekolah umum Modern Boarding School SMAN
Modal Bangsa Arun Kota Lhokseumawe. Sementara adik perempuan satu-satunya yang
hanya berselisih satu tahun lebih muda darinya bernama Vini Nurmazaya, saat ini
sedang menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Negeri Malikussaleh Kota
Lhokseumawe dengan program studi Teknik Kimia.
Sejak usia dini
Vici sudah dikenalkan dengan berbagai bidang olahraga, khususnya di dunia sepak
bola. Hal ini disebabkan oleh latar belakang dari sang ayah yang berprofesi sebagai
guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan, disamping itu sang ayah juga aktif
dalam dunia kepelatihan sepak bola di Provinsi Aceh mulai dari tingkat pelajar SMA/SMK
Sederajat sampai Tim Liga Professional.
Pada saat duduk di
bangku sekolah tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Vici kecil sudah mulai serius
untuk menjalani berbagai latihan di beberapa Sekolah Sepak Bola (SSB) yang ada
di Kota Lhokseumawe untuk persiapan mengikuti berbagai event yang ada di
tingkat Kota/Kabupaten dan Provinsi. Beberapa diantaranya adalah mengikuti Kejuaraan
Sepak Bola Danone Nations Cup, Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), dan Pekan
Olahraga dan Seni (PORSENI).
Kemudian selama duduk
di bangku MTs dan SMA Vici mencoba untuk keluar dari bayang-bayang sang ayah
yang memiliki peran penting di dunia sepak bola Kota Lhokseumawe dan Provinsi
Aceh. Namun Vici ingin dikenal oleh orang banyak didasarkan oleh kemampuan yang
dimilikinya bukan karena nama besar sang ayah yang ada dibelakangnya. Dalam kurun
waktu lebih kurang 6 tahun tersebut dia mengikuti berbagai event sepak bola
ditingkat Kota/Kabupaten, Provinsi, bahkan sampai tingkat Nasional. Event-event
besar yang diikuti diantaranya adalah Kejuaraan Liga Pendidikan Indonesia (LPI)
yang berhasil dibawanya sampai ke tingkat Provinsi. Pada skala tingkat Nasional
kejuaraan yang pernah diikuti adalah membawa Tim Sepak Bola Aceh usia remaja untuk
berpartisipasi di ajang Tournament Sepak Bola Anak Indonesia (SBAI) yang digelar
di Stadion Pakansari Bogor dan Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta.
Namun ditengah perjalanan
untuk menuju puncak karir sepak bolanya, pada saat duduk di bangku SMA di
tahun-tahun terakhirnya, sang ayah meminta Vici untuk mengurangi porsi latihan
dan berhenti sejenak mengikuti tournament sepak bolanya, hal ini dikarenakan
keinginan sang ayah agar Vici dapat fokus untuk mempersiapkan pendidikan ke
jenjang selanjutnya untuk masuk ke perguruan tinggi. Walaupun dengan berat
hati, akhirnya Vici pun mengiyakan keinginan sang Ayah karena menurutnya itu
semua juga demi kebaikan untuk dirinya sendiri.
Setelah lulus di Sekolah Menengah Atas (SMA), akhirnya usaha Vici selama beberapa bulan terakhir untuk mempersiapkan masuk ke perguruan tinggi pun berbuah manis, hal ini dapat dilihat dari Vici yang lulus di tiga universitas yang berbeda. Pertama lulus seleksi di Universitas Syiah Kuala Program Studi Teknik Geologi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kedua lulus seleksi di Politeknik Negeri Lhokseumawe Program Studi Teknik Kimia melalui jalur Undangan Seleksi Rapor. Ketiga lulus di Universitas Pertamina Jakarta Program Studi Teknik Logistik melalui jalur Seleksi Bersama pada gelombang kedua.
Pada tahun 2017 setelah lulus di tiga universitas tersebut, sang ayah meminta agar Vici untuk melanjutkan studi perguruan tingginya di Universitas Pertamina Jakarta. Dengan permintaan sang ayah tersebut Vici sama sekali tidak merasa terbebani, karena baginya ia siap melanjutkan studi kemanapun yang orang tuanya inginkan. Ditambah lagi Vici juga menyukai semua program studi di ketiga kampus tersebut, jadi bukan masalah besar untuk menerima keputusan dari orang tua menempatkannya dikampus mana saja.
Di tengah mengenyam
pendidikan selama kurang lebih 2,5 tahun di Jakarta, sang ibu tiba-tiba meminta
Vici untuk pulang dan pindah ke kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari
Kota Lhokseumawe. Setelah berdiskusi dengan seluruh anggota keluarga yang memakan
waktu lumayan lama, akhirnya Vici bersedia pindah ke Kota Medan untuk
melanjutkan studi sarjana nya dengan mempertimbangkan jarak yang tidak terlalu
jauh dari Kota Lhokseumawe. Namun kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya, Vici
meminta agar diberikan kebebasan untuk memilih jurusan dan kampus yang di inginkan.
Tak butuh lama waktu lama, di tahun 2020 Vici tertarik untuk melanjutkan studi sarjana di
salah satu kampus swasta terbaik di Sumatera yaitu Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara dengan mengambil Program Studi Ilmu Komunikasi.
Pada saat memulai perkuliahan di UMSU, Vici terpaksa harus mengulang semuanya kembali dari awal. Hal ini disebabkan oleh perbedaan yang sangat signifikan pada mata kuliah yang ada di program studi Ilmu Komunikasi dibandingkan dengan mata kuliah di program studi Teknik Logistik sebelumnya. Namun terlepas dari semuanya, Vici merasa sangat nyaman berkuliah di program studi Ilmu Komunikasi FISIP UMSU. Saat ini dia sudah sampai ditahap perkuliahan semester enam, kita doakan bersama agar Vici dapat menyelesaikan pendidikan sarjana secepatnya dengan nilai terbaik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Komentar
Posting Komentar